Angka Depresi DKI di Atas Rerata Nasional, Dinkes Bilang Gini
walatrasehatmata.biz.id – Angka depresi DKI pada penduduk usia di atas 15 tahun mencapai 1,5 %, lebih tinggi dari rata-rata nasional 1,4 %. Sebagai contoh, Yunita Arihandayani (Kepala Tim Deteksi Dini Kemenkes) sampaikan data ini dalam seminar daring Jumat (21/11/2025). Selain itu, Jawa Barat catat prevalensi masalah jiwa tertinggi 4,4 %, sementara DKI 2,2 % (nasional 2 %). Dengan demikian, depresi jadi penyakit kedua terbanyak usia produktif.
Fakta Lengkap Angka Depresi DKI 2025
| Wilayah | Depresi (%) | Masalah Jiwa (%) | Sumber Data |
|---|---|---|---|
| DKI Jakarta | 1,5 | 2,2 | SKI 2023 |
| Nasional | 1,4 | 2,0 | Kemenkes |
| Jawa Barat | – | 4,4 | SKI 2023 |
Oleh karena itu, Yunita tekankan skrining CKG (Cek Kesehatan Gratis) untuk deteksi dini. Hingga 22 November 2025, 1.953.661 warga dewasa/lansia ikut CKG, 365.533 skrining jiwa, 3 % positif depresi.
Penyebab Angka Depresi DKI Lebih Tinggi
Pertama, tekanan ekonomi & biaya hidup tinggi. Kedua, kemacetan & polusi kronis. Selanjutnya, isolasi sosial di kota besar. Keempat, media sosial picu FOMO. Kelima, Gen Z rentan (1,5 %). Akhirnya, stigma: hanya 12,7 % depresi berobat, 0,7 % cemas. Akibatnya, Kemenkes target skrining 365.730 orang DKI 2025.
Dampak & Risiko
Pertama, produktivitas turun 20–30 %. Kedua, risiko bunuh diri naik 61 % remaja. Selanjutnya, beban ekonomi Rp50 triliun/tahun. Keempat, perempuan lebih tinggi (1,7 % vs pria 1,1 %). Kelima, 87,3 % tidak terdeteksi. Akhirnya, JakCare gratis di 44 puskesmas.
Solusi & Pencegahan
Pertama, skrining gratis JAKI app/hotline 119 ext. 9. Kedua, konseling JakCare. Selanjutnya, edukasi anti-stigma sekolah/kantor. Keempat, olahraga 30 menit + tidur 7 jam. Kelima, batasi medsos 2 jam/hari. Akhirnya, Wakil Gubernur Rano Karno: “Jakarta kota bahagia meski angka depresi tinggi.” Akibatnya, target turun 20 % 2026.
Angka depresi DKI 1,5 % jadi alarm. Oleh karena itu, mulai skrining sekarang. Sebagai contoh, hotline 119 gratis. Selain itu, stigma 12,7 %. Dengan demikian, pencegahan. Akibatnya, Jakarta sehat!



