Deteksi Gangguan Mental: Peran Keluarga sebagai Gerbang Awal

walatrasehatmata.biz.id – Deteksi gangguan mental dimulai dari keluarga, terutama pada remaja. Dr. Braghmandita Widya Indraswari, spesialis anak dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan anggota Satgas Remaja IDAI, tekankan kewaspadaan orang tua dan guru. Perubahan perilaku remaja sering dianggap biasa, padahal bisa jadi tanda serius. Oleh karena itu, keluarga jadi gerbang awal deteksi gangguan mental. Simak tips dan wawasan ahli berikut!
Perubahan Perilaku Remaja Jadi Kunci Deteksi Gangguan Mental
Remaja sering alami perubahan mood atau perilaku, tapi keluarga harus waspada. Dr. Braghmandita sebut kunci deteksi gangguan mental adalah perhatikan perbedaan dari biasa. Sebagai contoh, remaja ceria tiba-tiba jadi murung atau menarik diri dari teman.
“Kunci dari deteksi adalah kewaspadaan, ‘oh dia berubah, loh, dia tidak seperti biasanya’. Atau kalau keluarga merasa ada hal yang aneh, itu sudah kunci awal untuk dilakukan deteksi.”<grok:render card_id=”e81007″ card_type=”citation_card” type=”render_inline_citation”> 0</grok:render>
Selain itu, jangan anggap perubahan ini sebagai pemberontakan remaja biasa. Oleh karena itu, orang tua catat gejala seperti isolasi sosial atau iritabilitas. Dengan demikian, Anda cepat identifikasi masalah.
Masalah Remaja Tak Boleh Dianggap Sepele
Masalah remaja sering terlihat sepele bagi orang dewasa, tapi bagi mereka bisa jadi beban berat. Dr. Braghmandita ingatkan, isu kecil seperti konflik teman bisa picu pikiran bunuh diri. Sebagai contoh, remaja dengan depresi atau kecemasan sering abaikan karena dianggap “fase”.
“Masalah-masalah remaja itu kadang hal yang sepele untuk orang dewasa. Tapi, buat mereka itu menjadi suatu masalah yang sangat besar, bahkan sampai ada yang berpikir untuk melakukan bunuh diri. Jadi, kadang kita tidak boleh menganggap sepele.”<grok:render card_id=”1efbbc” card_type=”citation_card” type=”render_inline_citation”> 0</grok:render>
Oleh karena itu, keluarga perhatikan tanda seperti kesulitan tidur atau penurunan prestasi sekolah. Akibatnya, deteksi gangguan mental dini selamatkan remaja dari risiko serius.
Peran Keluarga dalam Deteksi Gangguan Mental
Keluarga jadi gerbang pertama deteksi gangguan mental. Dr. Braghmandita sarankan orang tua dan guru ajak remaja bicara terbuka. Sebagai contoh, tanya “Kamu lagi kenapa?” saat perubahan perilaku terlihat. Selain itu, ciptakan lingkungan aman untuk curhat.
Dengan demikian, remaja lebih nyaman ungkap masalah. Namun, jika gejala parah seperti pikiran bunuh diri, segera bawa ke profesional. Oleh karena itu, jangan selesaikan sendiri.
Tips Deteksi Gangguan Mental di Rumah
Untuk bantu deteksi gangguan mental, ikuti tips ini. Pertama, amati rutinitas remaja, seperti pola makan atau tidur. Kedua, catat perubahan seperti menarik diri atau marah berlebih. Ketiga, ajak diskusi tanpa menghakimi.
Sebagai contoh, katakan “Aku perhatikan kamu beda akhir-akhir ini, mau cerita?” Selain itu, edukasi keluarga soal tanda depresi atau kecemasan. Dengan demikian, Anda cepat tangani masalah.
Saatnya Cari Bantuan Profesional
Jika deteksi gangguan mental tunjukkan gejala serius, jangan ragu cari bantuan. Dr. Braghmandita sarankan konsultasi dokter anak atau psikolog. “Jangan selesaikan sendiri. Dokter anak terbuka mendengarkan, dan profesional seperti psikolog bisa bantu.”
Sebagai contoh, IDAI punya Satgas Remaja untuk skrining dini. Oleh karena itu, hubungi layanan kesehatan mental terdekat. Akibatnya, remaja dapatkan terapi tepat, seperti konseling atau obat.
Kesimpulan
Deteksi gangguan mental dimulai dari kepekaan keluarga. Perhatikan perubahan perilaku remaja dan jangan anggap sepele. Dengan demikian, Anda selamatkan masa depan mereka. Mulai sekarang, ajak bicara terbuka dan cari bantuan jika perlu!
You may also like

Kesehatan Mental: Hindari Stres Akibat Beban Pekerjaan

10 Gejala Gangguan Mental yang Sering Tak Disadari
