Skip to content
  • Home
  • Kesehatan Fisik
    • Nutrisi & Pola Makan
    • Olahraga & Kebugaran
    • Penyakit & Pencegahan
  • Kesehatan Mental
  • Kesehatan Keluarga
  • Gaya Hidup Sehat
  • Contact

Copyright walatrasehatmata 2025 | Theme by ThemeinProgress | Proudly powered by WordPress

logo sehat mata
  • Home
  • Kesehatan Fisik
    • Nutrisi & Pola Makan
    • Olahraga & Kebugaran
    • Penyakit & Pencegahan
  • Kesehatan Mental
  • Kesehatan Keluarga
  • Gaya Hidup Sehat
  • Contact
You are here :
  • Home
  • Kesehatan Mental
  • Kesehatan Mental Anak di Indonesia: Krisis yang Butuh Perhatian
Kesehatan Mental Article

Kesehatan Mental Anak di Indonesia: Krisis yang Butuh Perhatian

On August 29, 2025 by Roger Murphy
Kesehatan mental anak

walatrasehatmata.biz.id – Satu dari tiga anak usia 10-17 tahun di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental anak, menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022. Kunjungan ke psikolog meningkat 20-30% menjelang 2025, menandakan urgensi penanganan. Gejala sering disalahartikan sebagai “nakal” atau “manja,” menghambat intervensi dini. Artikel ini mengulas temuan survei, pemicu seperti perundungan, dan solusi melalui kolaborasi keluarga serta sekolah untuk mendukung kesehatan mental anak.

Temuan I-NAMHS tentang Kesehatan Mental Anak

I-NAMHS mencatat 34,9% anak usia 10-17 tahun (15,5 juta) mengalami masalah mental, dengan 5,5% (2,45 juta) didiagnosis gangguan seperti kecemasan (26,7%) atau ADHD (10,6%). Hanya 2,6% mengakses layanan kesehatan mental, menurut laporan Universitas Gadjah Mada. Proyeksi 2025 menunjukkan lonjakan kasus seiring meningkatnya konsultasi. Stigma yang keliru, seperti menganggap anak “malas,” memperparah krisis. Dengan demikian, kesehatan mental anak membutuhkan perhatian segera untuk mengurangi dampak jangka panjang.

Faktor Pemicu Gangguan Mental

Najelaa Shihab, psikolog, menyoroti bahwa kesehatan mental anak dipengaruhi pengasuhan, lingkungan sekolah, dan trauma seperti bullying. Kasus Ade (13 tahun) di Bandung menggambarkan dampak perundungan: jilbabnya robek dan ia diisolasi, memicu diagnosis bipolar dan disabilitas mental ringan. Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa anak dengan gangguan mental rentan terhadap diskriminasi dan pengucilan sosial.

Tekanan ekonomi juga berperan. Anak dari keluarga miskin menghadapi risiko kekerasan akibat stres orang tua, sementara kelas menengah-atas mendominasi kasus depresi (6,1%), menurut Kementerian Kesehatan. Kecanduan gawai dan pola asuh yang tidak sesuai turut memperburuk kondisi.

Deteksi Dini dan Gejala Awal

Anggiastri Utami, dari Rumah Pengembangan Diri Kemuning Kembar, menjelaskan gangguan kesehatan mental anak muncul sejak usia 7-10 tahun. Gejala awal meliputi murung berkepanjangan, menarik diri, atau keluhan fisik seperti sakit perut. Mima (22 tahun) mengalami sesak napas akibat bullying di SD, awalnya disangka penyakit fisik. Kompas menyarankan orang tua memantau perubahan perilaku selama dua hari sebagai sinyal deteksi dini. Untuk itu, kesadaran orang tua krusial untuk intervensi cepat.

Dokter anak sering merujuk ke psikolog ketika gejala fisik tidak memiliki penyebab medis, seperti kasus Mima yang akhirnya terdeteksi kecemasan.

Dampak Perundungan pada Anak

Perundungan menjadi pemicu utama gangguan kesehatan mental anak. Ade mengalami halusinasi dan emosi tidak stabil akibat bullying, sementara Mima menderita serangan panik. Studi dari Unicef Indonesia menunjukkan 30% anak sekolah mengalami bullying, meningkatkan risiko depresi dan pikiran bunuh diri (4,2% siswa). Sekolah harus menerapkan program anti-bullying, seperti pelatihan konselor, untuk mencegah eskalasi.

Solusi untuk Kesehatan Mental Anak

Dian Sudiono Putri, dari Ikatan Psikologi Klinis, menegaskan keluarga sebagai garda terdepan. Orang tua perlu mendengar anak secara terbuka dan membangun resiliensi melalui pengajaran sebab-akibat. Contohnya, jika anak lupa membawa dasi, biarkan mereka menghadapi konsekuensi alih-alih membelikan baru. Najelaa Shihab menambahkan sekolah harus menerapkan disiplin positif dan mendukung minat anak.

Solusi praktis meliputi:

  • Literasi Orang Tua: Mengikuti pelatihan kesehatan mental untuk kenali gejala.
  • Program Sekolah: Aktivitas seperti diskusi kelompok untuk tingkatkan kepercayaan diri.
  • Kontrol Gawai: Batasi waktu layar hingga 2 jam per hari untuk hindari kecanduan.
  • Layanan Kesehatan: Manfaatkan BPJS untuk konsultasi psikolog, seperti dilakukan Nurlinda untuk Ade.

Kolaborasi untuk Dukungan Sistemik

Kesehatan mental anak memerlukan kerja sama keluarga, sekolah, dan pemerintah. Hanya 4,3% orang tua sadar anak mereka butuh bantuan, menurut I-NAMHS. Sekolah dapat melatih guru untuk deteksi dini dan membangun jalur rujukan ke psikolog. Pemerintah harus memperluas akses layanan, terutama di daerah tertinggal, melalui program kesehatan jiwa. Dengan demikian, sistem yang inklusif akan mengurangi stigma dan mendukung resiliensi anak.

Masa Depan Kesehatan Mental Anak

Kisah Ade, yang kini berkembang di SLB dan meraih medali perunggu di Pekan Paralimpik Pelajar 2025, membuktikan intervensi tepat waktu efektif. Kesehatan mental anak di Indonesia dapat membaik dengan edukasi, lingkungan suportif, dan kebijakan berpihak pada anak. Kolaborasi lintas sektor krusial untuk mencegah dampak seperti pengucilan sosial atau bunuh diri. Untuk itu, menjadikan kesehatan mental anak prioritas akan wujudkan generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045.

You may also like

Membaca buku kesehatan mental

Membaca Buku Kesehatan Mental: Manfaat di Tahun 2025

September 6, 2025
Kesehatan mental informasi negatif

Tips Psikolog Jaga Kesehatan Mental di Banjir Informasi Negatif

September 6, 2025
Skizofrenia dan Otak

Skizofrenia dan Otak: Dampak dan Solusi 2025

September 5, 2025
Tags: Indonesia, Kesehatan mental anak, psikolog
September 2025
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  
« Aug    

Categories

  • Gaya Hidup Sehat
  • Kesehatan Fisik
  • Kesehatan Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Nutrisi & Pola Makan
  • Olahraga & Kebugaran
  • Penyakit & Pencegahan

Archives

  • September 2025
  • August 2025

Categories

  • Gaya Hidup Sehat
  • Kesehatan Fisik
  • Kesehatan Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Nutrisi & Pola Makan
  • Olahraga & Kebugaran
  • Penyakit & Pencegahan

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Copyright walatrasehatmata 2025 | Theme by ThemeinProgress | Proudly powered by WordPress