Balita Bantu Remaja: Inovasi Atasi Masalah Mental di Sekolah Inggris

walatrasehatmata.biz.id – Pandemi COVID-19 meningkatkan masalah kesehatan mental dan ketidakhadiran remaja di sekolah, terutama di Inggris. Data menunjukkan, pada tahun ajaran 2024/2025, 17,79% siswa remaja absen lebih dari 10% sesi belajar, mengurangi peluang akademik mereka. Untuk mengatasi ini, sebuah lembaga amal di Inggris meluncurkan proyek inovatif: balita bantu remaja meningkatkan keterlibatan di sekolah. Dalam proyek ini, remaja dipasangkan dengan balita dari penitipan anak untuk belajar bersama dalam lingkungan terkendali. Dengan demikian, proyek ini membantu remaja mengatasi kecemasan dan meningkatkan kehadiran. Oleh karena itu, pendekatan ini menarik perhatian sebagai solusi kreatif.
Balita Bantu Remaja Bangun Kepercayaan Diri
Proyek balita bantu remaja menunjukkan dampak positif pada kesehatan mental. Siena, remaja berusia 13 tahun, mengaku kecemasannya berkurang setelah berinteraksi dengan balita berusia tiga tahun. “Saya belajar banyak tentang komunikasi dan percaya diri dari seorang balita,” katanya kepada BBC Morning Live. Selain itu, interaksi ini membuatnya lebih bersemangat ke sekolah. Dengan begitu, kehadiran balita membantu remaja seperti Siena merasa lebih nyaman dan terlibat di lingkungan sekolah. Baca lebih lanjut tentang dampak pandemi pada kesehatan mental remaja di UNICEF.
Fokus dan Keterlibatan melalui Interaksi dengan Balita
Miller, siswa berusia 12 tahun, juga merasakan manfaat proyek balita bantu remaja. Ia sering kesulitan fokus di kelas karena energinya yang tinggi. Namun, setelah dipasangkan dengan Andrew, balita berusia tiga tahun, Miller menjadi lebih tenang dan fokus pada tugas sekolah. “Awalnya saya gugup, tapi sekarang Andrew memeluk saya setiap bertemu,” ujarnya. Untuk itu, interaksi ini membantu remaja mengelola emosi dan meningkatkan keterlibatan. Dengan demikian, proyek ini membuktikan bahwa hubungan dengan anak lebih muda dapat meningkatkan konsentrasi di kelas.
Mengapa Proyek Ini Efektif?
Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang bertanggung jawab atas anak lebih muda dalam lingkungan terkendali cenderung lebih terlibat di sekolah. Akibatnya, proyek ini mengurangi ketidakhadiran yang melonjak pasca-pandemi COVID-19, yang hampir dua kali lipat sejak 2020. Selain itu, interaksi dengan balita mengajarkan remaja keterampilan sosial, seperti komunikasi dan empati, yang mendukung kesehatan mental. Untuk itu, pendekatan ini menjadi solusi inovatif bagi sekolah. Pelajari lebih lanjut tentang kesehatan mental remaja di BBC News.
Tantangan Ketidakhadiran Remaja di Sekolah
Ketidakhadiran remaja di sekolah memiliki dampak serius. Data menunjukkan, absen selama 10 hari saja mengurangi peluang meraih nilai minimal 5 dalam pelajaran seperti Bahasa Inggris dan Matematika hingga 50%. Pandemi memperburuk situasi ini, dengan 1 dari 5 remaja melaporkan perasaan depresi atau kurang minat pada aktivitas. Oleh karena itu, inisiatif seperti proyek balita bantu remaja penting untuk mengatasi kecemasan dan meningkatkan motivasi belajar. Dengan begitu, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.
Cara Kerja Proyek dan Manfaat Jangka Panjang
Dalam proyek ini, remaja dan balita berinteraksi dalam sesi terkontrol, seperti bermain atau belajar bersama. Aktivitas ini membantu remaja membangun kepercayaan diri dan tanggung jawab. Selain itu, hubungan yang terbentuk, seperti antara Miller dan Andrew, menciptakan ikatan emosional yang positif. Dengan demikian, proyek ini tidak hanya meningkatkan kehadiran, tetapi juga mendukung perkembangan sosial dan emosional remaja. Untuk informasi lebih lanjut tentang kesehatan mental anak, kunjungi WHO.
Proyek balita bantu remaja menawarkan pendekatan kreatif untuk mengatasi masalah kesehatan mental pasca-pandemi. Dengan melibatkan balita, remaja belajar keterampilan baru, seperti komunikasi dan fokus, yang membantu mereka kembali terlibat di sekolah. Oleh karena itu, inisiatif ini menunjukkan bahwa solusi sederhana dapat memberikan dampak besar. Dengan begitu, sekolah di Inggris dan mungkin di tempat lain dapat mengadopsi pendekatan serupa untuk mendukung generasi muda yang lebih sehat secara mental.
You may also like

Prokrastinasi Gen Z: Dampak dan Cara Mengatasinya

Darurat Kesehatan Mental Gen Z: Krisis Bunuh Diri
