Kesehatan Mental Remaja: 1 dari 10 Anak RI Pernah Coba Bunuh Diri, Apa Tanda Bahayanya?

walatrasehatmata.biz.id – Kesehatan mental remaja menjadi isu mendesak di Indonesia, terutama dengan fakta bahwa satu dari 10 anak usia 13-17 tahun pernah mencoba bunuh diri lebih dari sekali dalam setahun terakhir. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan data ini pada Juli 2025, menyoroti meningkatnya ancaman depresi di kalangan remaja. Banyak remaja menyembunyikan perasaan mereka, sehingga tanda-tanda depresi sering terlewatkan. Artikel ini membahas gejala depresi yang perlu diwaspadai, peran orang dewasa, dan langkah pencegahan untuk mendukung kesehatan mental remaja.
Tanda-Tanda Depresi pada Remaja
Kesehatan mental remaja sering kali terganggu tanpa disadari karena gejalanya dianggap sebagai bagian dari masa pubertas. Psikolog anak dan remaja dari Relasi Diri, Hilma Ramadina, menjelaskan bahwa remaja cenderung menyembunyikan perasaan mereka. “Mereka mungkin terlihat ceria, tapi batinnya kacau,” ujarnya, dikutip dari CNN Indonesia. Berikut adalah tanda-tanda depresi yang perlu diwaspadai:
- Perubahan Emosi yang Drastis
Remaja dengan depresi sering mengalami lonjakan emosi mendadak. Mereka bisa tiba-tiba marah, sangat sensitif, atau mudah tersinggung tanpa sebab jelas. - Menarik Diri dari Lingkungan Sosial
Jika remaja menghindari sekolah, jarang bertemu teman, atau lebih sering menyendiri di kamar, ini bisa menjadi sinyal tekanan emosional atau kecemasan. - Kehilangan Minat pada Hobi
Remaja yang biasanya aktif dalam olahraga, seni, atau hobi lain tiba-tiba kehilangan minat. Misalnya, seorang yang gemar menggambar mungkin berhenti melakukannya. - Gangguan Pola Tidur dan Makan
Perubahan pola tidur, seperti insomnia atau tidur berlebihan, serta nafsu makan yang menurun atau meningkat drastis, sering menjadi indikator depresi. - Ucapan yang Mengarah pada Keputusasaan
Kalimat seperti “Aku capek hidup” atau “Lebih baik aku tidak ada” menunjukkan perasaan putus asa. “Ini adalah alarm bahaya,” tegas Hilma, seperti dilaporkan Liputan6. - Keluhan Fisik Tanpa Penyebab Medis
Sakit kepala berulang, nyeri tubuh, atau gangguan pencernaan tanpa alasan medis sering merupakan manifestasi stres emosional.
Tanda-tanda ini mencerminkan pentingnya Pengenalan Dini Masalah Mental untuk mencegah dampak lebih serius.
Data dan Fakta Kesehatan Mental Remaja
Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun, dengan 61% remaja yang depresi memiliki risiko 36 kali lebih besar untuk berpikir mengakhiri hidup. Selain itu, Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 mencatat bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, setara dengan 15,5 juta anak. Gangguan cemas (3,7%) dan depresi mayor (1,0%) menjadi yang paling umum, seperti dilaporkan Universitas Gadjah Mada. Data ini menegaskan bahwa kesehatan mental remaja adalah krisis yang membutuhkan perhatian serius.
Faktor seperti tekanan akademik, perundungan, dan masalah keluarga sering memicu depresi. Selain itu, paparan media sosial yang berlebihan memperburuk kondisi. “Media sosial bisa meningkatkan kecemasan,” ujar Hilma, dikutip dari VOI. Oleh karena itu, Pencegahan Depresi Remaja menjadi langkah krusial.
Peran Orang Dewasa dalam Mendukung Remaja
Orang dewasa, terutama orang tua, memiliki peran besar dalam menjaga kesehatan mental remaja. Hilma menyarankan menciptakan ruang aman emosional agar remaja merasa didengar. “Tanyakan hal sederhana seperti ‘Kamu sedang merasa apa?’ atau ‘Ada yang mengganggu pikiranmu?’,” katanya, seperti dilaporkan Detik. Dengarkan tanpa langsung menawarkan solusi, karena remaja sering hanya butuh didengar.
Selain itu, ajarkan remaja bahwa emosi negatif adalah hal wajar. “Beritahu mereka bahwa gagal itu manusiawi, dan orang tua akan selalu mendukung,” tambah Hilma. Edukasi tentang pengelolaan emosi juga penting. Orang tua dapat memperkenalkan konsep penerimaan diri dan dukungan tanpa syarat, sebagaimana diulas dalam Pentingnya Dukungan Keluarga.
Langkah Pencegahan dan Pengelolaan
Untuk mencegah risiko bunuh diri, beberapa langkah praktis dapat dilakukan:
- Batasi Penggunaan Gadget: Hilma merekomendasikan batas waktu 2-3 jam per hari untuk penggunaan gadget demi hiburan. Dorong aktivitas lain seperti olahraga atau hobi.
- Deteksi Dini: Kenali tanda-tanda depresi sejak awal, seperti perubahan perilaku atau ucapan putus asa.
- Akses Bantuan Profesional: Jika gejala depresi muncul, segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater. Layanan kesehatan mental tersedia di puskesmas atau melalui BPJS, seperti dijelaskan ANTARA News.
- Bangun Dukungan Sosial: Dorong remaja untuk berbagi dengan keluarga atau teman dekat. Komunitas yang suportif dapat mencegah isolasi.
Konseling dan Terapi Mental menjadi solusi efektif untuk membantu remaja mengelola emosi dan mengatasi tekanan.
You may also like

Membaca Buku Kesehatan Mental: Manfaat di Tahun 2025

Tips Psikolog Jaga Kesehatan Mental di Banjir Informasi Negatif
