Darurat Kesehatan Mental Gen Z: Krisis Bunuh Diri

walatrasehatmata.biz.id – Darurat kesehatan mental Gen Z menjadi krisis global, dengan angka bunuh diri yang mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 720 ribu anak muda meninggal akibat bunuh diri setiap tahun, menjadikannya penyebab kematian ketiga tertinggi untuk usia 15-29 tahun. Di Indonesia, survei 2022 menunjukkan 5,5% remaja usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Stigma seputar kesehatan mental menghambat upaya mencari bantuan. Oleh karena itu, artikel ini mengulas fakta, faktor risiko, tanda peringatan, dan solusi untuk mengatasi krisis ini, berdasarkan sumber terpercaya per 10 September 2025.
Fakta Krisis Darurat Kesehatan Mental Gen Z
WHO melaporkan 726 ribu kematian global akibat bunuh diri setiap tahun, dengan 73% terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia, data Kepolisian RI mencatat 849 kasus bunuh diri hingga Agustus 2024. Survei I-NAMHS 2022 menyebutkan 15,5 juta remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan (28,2% perempuan, 25,4% laki-laki) dan depresi (6,7% perempuan, 4% laki-laki). Depresi menjadi penyebab utama disabilitas remaja, yang tanpa penanganan dapat memicu bunuh diri. Dengan demikian, krisis ini memerlukan tindakan segera.
Faktor Risiko Bunuh Diri pada Gen Z
Berbagai faktor memicu darurat kesehatan mental Gen Z, menurut WHO:
- Gangguan mental: Depresi, kecemasan, skizofrenia, dan gangguan kepribadian.
- Tekanan sosial: Kesepian, diskriminasi, perundungan, atau konflik hubungan.
- Faktor eksternal: Masalah keuangan, penyakit kronis, kekerasan, atau krisis kemanusiaan.
- Media sosial: Perbandingan sosial dan cyberbullying meningkatkan risiko.
Komnas Perempuan mencatat perempuan sering mengalami bunuh diri akibat trauma kekerasan berbasis gender. Misalnya, kekerasan dalam rumah tangga memperburuk kondisi mental. Untuk itu, memahami faktor ini penting untuk pencegahan.
Tanda Peringatan Darurat Kesehatan Mental Gen Z
Prediksi bunuh diri sulit, tetapi perubahan perilaku bisa menjadi sinyal. CNN Health mengidentifikasi tanda-tanda:
- Membicarakan keinginan mati atau tidak memiliki tujuan hidup.
- Mengisolasi diri atau kehilangan minat pada aktivitas.
- Memberikan barang berharga atau berperilaku tidak wajar dengan benda berbahaya.
- Perubahan pola tidur (terlalu banyak atau sedikit).
- Perasaan putus asa, merasa beban, atau penyalahgunaan zat.
Misalnya, remaja tanpa dukungan teman sebaya 4,23 kali lebih rentan memiliki hasrat bunuh diri. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting.
Stigma dan Dampak Bunuh Diri
Stigma bahwa bunuh diri egois atau lemah menghambat Gen Z mencari bantuan. BBC News menjelaskan remaja sering merasa malu karena dianggap “tidak beriman”. Padahal, bunuh diri adalah upaya mengakhiri penderitaan emosional. Dampaknya meluas ke keluarga, teman, dan komunitas, menyebabkan trauma dan kerugian sosial-ekonomi. Dengan demikian, mengubah narasi seputar krisis ini menjadi krusial.
Solusi untuk Darurat Kesehatan Mental Gen Z
Untuk mengatasi krisis ini, lakukan langkah berikut:
- Konsultasi profesional: Hubungi psikolog atau psikiater melalui PDSKJI untuk pemeriksaan mandiri.
- Dukungan sosial: Keluarga dan teman harus menciptakan lingkungan terbuka. Universitas Gadjah Mada menyarankan skrining kesehatan mental untuk mahasiswa.
- Edukasi publik: Kampanye Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (10 September) mendorong percakapan terbuka.
- Akses layanan: PP No. 28 Tahun 2024 mengamanatkan deteksi dini dan registri bunuh diri.
Selain itu, teknik pengelolaan emosi seperti meditasi dapat membantu, seperti disarankan Mind. Untuk itu, kolaborasi lintas sektor sangat penting.
Tantangan Penanganan Krisis Gen Z
Tantangan utama meliputi:
- Kekurangan tenaga profesional: Indonesia hanya memiliki 773 psikiater, sebagian besar di Jawa. Kompas
- Akses layanan terbatas: Hotline krisis sering sulit dijangkau.
- Data tidak akurat: Angka bunuh diri mungkin empat kali lebih tinggi dari laporan resmi.
Oleh karena itu, peningkatan akses dan edukasi menjadi prioritas.
Masa Depan Kesehatan Mental Gen Z
Mengatasi darurat kesehatan mental Gen Z membutuhkan komitmen bersama. Membangun lingkungan mendukung, mengurangi stigma, dan menyediakan layanan profesional adalah langkah kunci. Dengan demikian, Generasi Z dapat menjadi generasi tangguh untuk masa depan. Mulailah percakapan hari ini untuk menyelamatkan nyawa.
You may also like

Iritabilitas Kesehatan Mental: Tanda dan Solusi

5 Dampak Media Sosial dan Mental Gen Z 2025
